Rabu, 01 Juni 2011

MAKALAH HADITS MEMPELAJARI & MENGAMALKAN AL-QUR'AN


Bab I
P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan ummatnya agar hidup bahagia di dunia dan akhirat. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi …” [Al Qashash:77]Sayangnya, banyak ummat Islam yang tidak mempelajari sumber ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga timbul berbagai macam bid’ah, aliran sesat, kerusakan akhlak dan lain sebagainya.Sebagai contoh, kita sering melihat orang yang beragama Islam, tapi dia tidak sholat, berjudi, berzinah, korupsi, dan sebagainya. Ada juga ummat Islam yang terjerumus ke dalam kelompok sesat seperti Inkar Sunnah yang tidak mengakui dan tidak mau mengikuti sunnah Nabi, atau kelompok Ahmadiyyah yang tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan lain sebagainya. Hal ini jelas selain sesat juga menimbulkan kemunduran di kalangan ummat Islam.Oleh karena itu, ummat Islam perlu mempelajari ajaran Islam berdasarkan sumber yang sahih, bukan dari sumber yang tak jelas agar tidak tersesat. Sumber ajaran agama Islam ada 2, yaitu Al Qur’an dan Hadits/Sunnah.
Sabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu ‘Abdilbarri).Al-Qur’an adalah kumpulan firman-firman Allah swt yang disampaikan kepada Nabi, yang isinya dan redaksinya berasal dari Allah SWT, dan diperintahkan oleh Nabi untuk ditulis oleh para penulis wahyu. Sedang Hadits atau Sunnah adalah segala perkataan Nabi (juga perbuatan dan izinnya) dalam mendidik ummatnya sesuai dengan bimbingan wahyu dari Allah SWT.




B.Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa masalah yang perlu dibahas, yaitu :

1. Hadits Mempelajri Al Qur’an dan Mengajarkannya…………………………………….2
Ø  Faidah-faidah yang bias diambil dari hadits
2. Hadits  keutamaan surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran……………………………3
Ø  Dua tipe orang membaca Al Qur’an
Ø  Sebab turunnya Al Qur’an
3. Hadits Keutamaan membaca Al Qur’an…………………………………………….…...5
Ø  Tujuan di turunkannya Al Qur’an
Ø  Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits

Bab II
P E M B A H A S A N

1.      Hadits Mempelajari Al Qur’an dan Mengajarkannya.

عَنْ عُثْمَانَ بنِ عَفَّان  رَضِيَ اللَّهُ تعالى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Dari Utsman bin 'Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata: bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari AlQur’an dan mengajarkannya”. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari Rahimahullahu Ta’ala).[1]

Faidah-faidah yang bisa diambil dari hadits di atas adalah:
  • Beragamnya keutamaan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya.
  • Bahwasanya ilmu yang paling utama adalah mempelajari AlQur’an dan mempelajari makna-makna yang terkandung di dalam AlQur’an, serta mengamalkan ilmu tersebut, bukan hanya hafalan yang kosong dari pemahaman maknanya.
  • Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-aktivitas lainnya.
  • Allah jadikan Al-Qur`an memberikan syafa’at kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di dunia.
Berkata Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu Ta’ala: “Wajib untuk diketahui bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan kepada para shahabatnya Radhiyallahu Ta’ala ‘anhum, makna-makna AlQur’an sebagaimana beliau menjelaskan lafadz-lafadznya kepada mereka. Maka firman Allah Ta’ala: “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menjelaskan pada umat manusia apa-apa yang telah diturunkan kepada mereka” (QS An-Nahl:44), mencakup penjelasan secara lafadz dan makna. Sungguh telah berkata Abu ‘Abdurrahman As-Sulamy: “telah mengabarkan kepada kami orang-orang yang dahulu membacakan kami AlQur’an dari kalangan shahabat seperti Utsman bin ‘Affan, ‘Abdullah bin Mas’ud dan selain mereka berdua, bahwasanya dulu ketika belajar dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam 10ayat AlQur’an, mereka tidak akan melanjutkannya sampai mereka mendalami benar apa-apa yang ada di dalamnya, baik berupa ilmu maupun amalannya. Mereka Radhiyallahu Ta’ala ‘anhum berkata: “Maka kami belajar ilmu-ilmu AlQur’an serta mengamalkan seluruhnya..[2]
2. Hadits  keutamaan surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran
Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
« … اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ : الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ؛ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا، اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ ».
“Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya. [HR. Muslim 804]
Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
« يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا ».
“Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 805] [3]
Pada hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan membela orang-orang yang rajin membacanya. Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mempersyaratkan dalam hadits ini dengan dua hal, yaitu :
-          Membaca Al-Qur`an, dan
-          Beramal dengannya.
Karena orang yang membaca Al-Qur`an ada dua type :
-          type orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Qur`an, tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membantah mereka.
-          Type lainnya adalah orang-orang yang membacanya dan mengimani berita-berita Al-Qur`an, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya,sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membela mereka.[4]
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
القرآن حجة لك أو عليك
“Al-Qur`an itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya menjadi hujjah yang membantahmu.” [HR. Muslim]
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tujuan terpenting diturunkannya Al-Qur`an adalah untuk diamalkan. Hal ini diperkuat oleh firman Allah subhanahu wata’ala :
( كتاب أنزلناه إليك مبارك ليدبروا آياته وليتذكر أولوا الألباب )
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [Shad : 29]
“supaya mereka mentadabburi”, yakni agar mereka berupaya memahami makna-maknanya dan beramal dengannya. Tidak mungkin bisa beramal dengannya kecuali setelah tadabbur. Dengan tadabbur akan menghasilkan ilmu, sedangkan amal merupakan buah dari ilmu.
Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam firman-Nya :
)شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ (البقرة: ١٨٥
“bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” [Al-Baqarah : 185][5]
Di antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim. Banyak sekali hadits-hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan tentang keutamaan membaca Al-Qur`an. Di antaranya :

3.  Hadits Keutamaan membaca Al Qur’an
Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »
“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]
Jadi inilah tujuan diturunkannya Al-Qur`an :
-          untuk dibaca dan ditadabburi maknanya
-          diimani segala beritanya
-          diamalkan segala hukumnya
-          direalisasikan segala perintahnya
-          dijauhi segala larangannya
Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits :
1. Al-Qur`an sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya dan beramal    dengannya.
2. Ilmu mengharuskan adanya amal. Kalau tidak maka ilmu tersebut akan menjadi hujjah yang   membantahnya pada hari Kiamat.
3. Keutamaan membaca surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran
4. Penamaan surat-surat dalam Al-Qur`an bersifat tauqifiyyah.
Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رواه البخاري .
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” [Al-Bukhari 5027][6]
Orang yang terbaik adalah yang terkumpul padanya dua sifat tersebut, yaitu : mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya. Ia mempelajari Al-Qur`an dari gurunya, kemudian ia mengajarkan Al-Qur`an tersebut kepada orang lain. Mempelajari dan mengajarkannya di sini mencakup mempelajari dan mengajarkan lafazh-lafazh Al-Qur`an; dan mencakup juga mempelajari dan mengajarkan makna-makna Al-Qur`an.[7]
Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah d berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
(( الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ )) متفقٌ عَلَيْهِ
“Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” [Al-Bukhari 4937, Muslim 244]
Orang yang mahir membaca Al-Qur`an adalah orang yang bagus dan tepat bacaannya.
Adapun orang yang tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala : pertama, pahala tilawah, dan kedua, pahala atas kecapaian dan kesulitan yang ia alami.
Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
((رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثلُ المُنَافِقِ الَّذِي يقرأ القرآنَ كَمَثلِ الرَّيحانَةِ : ريحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ القُرْآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ )) متفقٌ عَلَيْهِ .
“Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis.Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” [Al-Bukhari 5427, Muslim 797]
Seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah, yaitu buah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Karena seorang mu`min itu jiwanya bagus, qalbunya juga baik, dan ia bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Duduk bersamanya terdapat kebaikan. Maka seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah baik seluruhnya, baik pada dzatnya dan baik untuk orang lain. Dia seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi dan harum, rasanya pun enak dan lezat.
Adapun seorang mu’min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah kurma. Rasanya enak namun tidak memiliki aroma yang wangi dan harum. Jadi seorang mu’min yang rajin membaca Al-Qur`an jauh lebih utama dibanding yang tidak membaca Al-Qur`an. Tidak membaca Al-Qur`an artinya tidak mengerti bagaimana membaca Al-Qur`an, dan tidak pula berupaya untuk mempelajarinya.
Perumpamaan seorang munafiq, namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Karena orang munafiq itu pada dzatnya jelek, tidak ada kebaikan padanya.[8] Munafiq adalah : orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir -wal’iyya dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah nyatakan dalam firman-Nya :
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah : 8 - 10][9]
Didapati orang-orang munafiq yang mampu membaca Al-Qur`an dengan bacaan yang bagus dan tartil. Namun mereka hakekatnya adalah para munafiq -wal’iyyadzubillah- yang kondisi mereka ketika membaca Al-Qur`an adalah seperti yang digambarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam :
يقرؤون القرآن لا يتجاوز حناجرهم
“Mereka rajin membaca Al-Qur`an, namun bacaan Al-Qur`an mereka tidak melewati kerongkongan mereka.”
Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengumpamakan mereka dengan buah Raihanah, yang harum aromanya, karena mereka terlihat rajin membaca Al-Qur`an; namun buah tersebut pahit rasanya, karena jelek dan jahatnya jiwa mereka serta rusaknya niat mereka.
Adapun orang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an, maka diumpamakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan tidak memiliki aroma wangi. Inilah munafiq yang tidak memiliki kebaikan sama sekali. Tidak memiliki aroma wangi, karena memang ia tidak bisa membaca Al-Qur`an, disamping dzat dan jiwanya adalah dzat dan jiwa yang jelek dan jahat.
Inilah jenis-jenis manusia terkait dengan Al-Qur`an. Maka hendaknya engkau berusaha agar menjadi orang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an dengan sebenar-benar bacaan, sehingga engkau seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi, rasanya pun enak.
Dari shahabat ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
(( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رواه مسلم .
“Sesungguhnya Allah dengan Al-Qur`an ini mengangkat suatu kaum, dan menghinakan kaum yang lainnya.” [HR. Muslim 269][10]

Bab III
P E N U T U P

A.    KESIMPULAN

Alhamdulillah atas sebagaimana yang terkandung dalam Hadits Mempelajari dan Mengamalkan Al Qur’an sudah dijelaskan sebgaiman kita harus dapat mempelajari dan memahami Al Qur’an untuk kepentingan kita semua. Oleh sebab itu kita sebagai umat Islam harus senatiasa mencontohkan Akhlak Nabi Muhammad SAW .Untuk Keselamatan kita semua di dunia dan akhirat Oleh karena itu, dalam pembahasan ini banyak mengandung masalah kenabian, ketuhanan, dan peribadatan terhadap Allah Swt Ilmu taubat adalah ilmu yang penting, bahkan urgen. Keperluan atas ilmu itu amat mendesak, terutama dalam zaman kita ini. Karena manusia telah banyak tenggelam dalam dosa dan kesalahan. Mereka melupakan Allah SWT sehingga Allah SWT membuat mereka lupa akan diri mereka. Banyak sekali godaan untuk melakukan kejahatan, dan banyak pula penghalang manusia untuk melakukan kebaikan.

Akhirnya, semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjadikan Allah sebagai tujuan hidup kita, Rasulullah Muhammad Saw. sebagai Panutan hidup kita, Al-Quran sebagai imam dan petunjuk hidup kita, Jihad sebagai jalan juang kita dan Mati Syahid dijalan Allah menjadi cita-cita kita tertinggi. Sembari bermunajat kepada Allah Swt. dengan penuh khusyu’ dan khudlu’ mudah-mudahan sekecil apapun perbuatan kita yang senantiasa diiringi dengan keikhlasan menjadi kendaraan menuju surga Allah Swt. dan menempatkan kita beserta para Nabi dan rasul-Nya, bersama orang-orang yang ditunjukan kebenaran atas risalah-Nya, bercengkrama bersama para Syuhada dan shalihin dan termasuk golongan orang yang dicintai-Nya. Amiin …

Wallahu A’lam …


[1] Imam Nawawi,1999 Riyadhus Sholihin Jilid 2 ,Jakarta, Pustaka Amani,ha 115

[2] Al-Maliki, Muhammad Alawi, Prof. Dr. 2006. Ilmu Ushul Hadits. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.hal 235

[3] Imam Nawawi,1999 Riyadhus Sholihin Jilid 2 ,Jakarta, Pustaka Amani,hal 116- 118
[4] Rudliyana, Muhammad Dede. 2004. Perkembangan Pemikiran Ulum Al-Hadits Dari Klasik Sampai Modern. Bandung: Pustaka Setia.hal 265

[5] Al-Su’ud, Fadh bin Abdul Aziz. 2005. Al-Qur’anul Karim wa Tarjamatu Ma’aniyah ilal
[6] Imam Nawawi,1999 Riyadhus Sholihin Jilid 2 ,Jakarta, Pustaka Amani, hal 117-119
[7] Khon, Abdul Majid, Dr. H. 2008. Ulumul Hadits. Jakarta: Amzah.

[8] Rudliyana, Muhammad Dede. 2004. Perkembangan Pemikiran Ulumul Al-Hadits Dari Klasik Sampai Modern. Bandung: Pustaka Setia.

[9] Lughatul Indunisiyyah. Madinah Munawwarah: Qur’an compleks.
[10] Al-Maliki, Muhammad Alawi, Prof. Dr. 2006. Ilmu Ushul Hadits. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar